Bagi anda yang pernah berkunjung
ke Purwakarta, tentunya tidak akan asing lagi bagi anda saat mendengar nama Air
mancur Sribaduga yang paling besar di Asia tenggara itu, atau Situ Buleud
sebagai salah satu landmark di
Kabupaten Purwakarta. Jauh ke daerah selatan, ada juga Gunung Burangrang,
gunung yang menjadi batas tiga Kabupaten ini, Purwakarta, Subang, dan Bandung
merupakan salah satu gunung api besar yang sudah tidak aktif di Jawa Barat. Gunung
yang memanjang seperti benteng selatan Kabupaten Purwakarta ini pastinya sudah
tidak asing lagi bagi para traveler di Jawa Barat. Gunung ini unik karena
penduduk dari tiga Kabupaten tersebut semuanya ‘mengklaim” bahwa Gunung
Burangrang sebagai bagian dari Kebupaten mereka. Tidak salah sebenarnya, karena
seperti telah disebutkan, Gunung ini memang terletak di tiga kabupaten dan
menjadi batas dari tiga kabupaten tersebut.
Sekilas Tentang Goa Jepang Purwakarta
Pembaca yang budiman, Tahukah
anda bahwa di Gunung Burangrang ada sebuah Goa yang merupakan saksi masa
penjajahan di Indonesia, utamanya di Purwakarta. Goa tersebut terletak Jauh ke
pedalaman Gunung Burangrang, ukurannya tidak terlalu besar, tapi sudah cukup
untuk dibilang mistis eksotis, karena selain bau kotoran kelelawar yang bikin
bulu kuduk merinding, sistem penerangan pun belum ada sama sekali. Sampai saat ini, belum ada nama
yang spesifik bagi Goa ini, tapi menurut penduduk setempat karena Goa tersebut
dibuat pada masa penjajahan Jepang, Goa tersebut dinamai Goa Jepang. Kalo
melihat sejarah kedatangan jepang hingga kekalahannya di perang dunia ke dua,
maka bisa diperkirakan bahwa pembuatan Goa ini berkisar antara tahun 1942
sampai dengan 1945.
Akses Jalan
Akses Jalan menuju Alun-alun Wanayasa sangat bagus dan mulus (foto by : Nald) |
Untuk menuju Goa Jepang yang terdapat di gunung Burangrang, dari pusat kota Kabupaten Purwakarta, anda tinggal melalui jalur yang menuju ke Kecamatan Wanayasa, jalannya bagus dan mulus, fasilitas jalan seperti POM Bensin dan tempat makan masih jarang, bagi anda yang menggunakan kendaraan pribadi sebaiknya anda mengisi full bahan bakar anda dari sejak pusat kota purwakarta, karena hanya dua POM bensin yang akan anda temui jika anda menuju ke arah Wanayasa. itupun jauh, dan POM tersenut terutama yang berada di jalan cihuni, Kecamatan Pasawahan, biasanya sudah tutup dari jam 19.00 WIB. POM selanjutnya akan anda temui setelah masuk ke Kecamatan Wanayasa, sebelum Situ Wanayasa. Jarak dari Pusat Kota Purwakarta sampai dengan Wanayasa (alun-alun Wanayasa) kurang lebih sekitar 16 Km. sebelum anda sampai ke Alun-alun Wanayasa anda akan menemui pertigaan seperti gambar di bawah ini
dari sini anda ambil ke arah kiri, sekitar 30 meter anda akan menumkan Alun-Alun Wanayasa di sebelah kanan jalan.
Kondisi Jalan di Depan Alun-Alun Wanayasa (foto by : Nald) |
Sebenarnya ada dua jalan yang bisa dilalui
untuk mencapai Goa ini. Karena letaknya juga tidak terlalu berjauhan dari Curug
Cimanah Rasa dan Curug Pamoyanan. Rute pertama bagi anda yang mengendarai
mobil, anda bisa masuk melalui Jalan Legok Barong, yang mengarah ke Taman Pinus
dan Ujung aspal, darisini anda bisa memarkir mobil anda dan bisa melalui trek selanjutnya
dengan berjalan kaki. Jaraknya kurang lebih satu kilometer. Jika anda melalui
jalan ini, maka pertama kali anda akan mencapai Curug Pamoyanan dan kemudian Goa
jepang untuk selanjutnya.
Rute kedua (Rute ini yang kita bahas, karena lebih menantang, anda bisa masuk dari
alun alun wanayasa dan mengikuti jalur Jalan selatan Alun-Alun Wanayasa ke arah
timur. Natinya anda akan menemukan kantor Kecamatan Wanayasa.
Kantor Kecamatan Wanayasa (Gang masuk ada di sebelah kiri kantor ini) (Foto by : Nald) |
Di sebelah kiri kantor ini anda menemukan gapura yang mengarah ke arah curug cipurut.
Masuk saja, tapi di pertengahan jalan saat anda menemukan pertigaan yang
pertama, ambil jalur ke kiri. Terus saja ikuti jalan tersebut. Kendaraan hanya sampai disini, ada penitipan kendaraan, biayanya sebenarnya tidak ditarif, tapi cukup pantas kalau anda memberi RP. 5000 saja. Dari sini anda tinggal berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Jalan ini akan
membawa anda ke jalan setapak lainnya yang secara langsung membawa anda ke lokasi Goa
jepang.
Jalan setapak menuju Goa Jepang Gunung Burangrang, Kab. Purwakarta (Foto by : Nald) |
Jika anda melalui jalur ini, destinasi yang anda akan temui pertama
kali adalah Goa Jepang. Lalu kemudian ada jalan bercabang yang mengarah ke Curug
Pamoyanan dan Curug Cimanah Rasa ada penunjuk arahnya, jadi tidak usaha khawatir.
Kelebihan jalan ini, anda tidak akan
dipuingut biaya karena rute ini memang rute yang jarang dilalui. Tambah lagi
rute yang akan anda lewati sangat terjal dan menantang, cocok bagi traveler
yang menginginkan nuansa beda dalam penjelajahan ke Gunung Burangrang.
Kondisi Goa
Kondisi Goa Jepang G. Burangrang Kabupaten Purwakarta kurang terawat, mugnkin karena jarang orang yang berkunjung (foto by : Nald) |
Panorama di sekitaran Goa Jepang, mistis eksotis (foto by : Nald) |
Menurut penduduk setempat, Goa
ini merupakan Goa milik tentara Jepang. Namun yang mengerjakannya adalah
penduduk setempat. Bila kembali pada pelajaran sejarah, mungkin anda akan ingat
istilah romusha alias sistem kerja
paksa pada zaman kolonialisme Jepang di Indonesia. Goa ini merupakan lorong
yang memutar, dimana anda akan kembali menuju titik pertama anda masuk jika
anda terus masuk ke dalam Goa ini. Dulunya atap Goa ini ditutup dengan
papan-papan yang rapi dan dilengkapi dengan penerangan yang baik, tapi karena
dimakan umur, Goa ini bobrok oleh batu di atasnya.
Didalam Goa ini juga terdapat
kamar-kamar, sepertinya kamar tersebut merupakan kamar persembunyian, atau bisa
juga kamar penyimpanan. Bukan hanya satu kamar, ada beberapa kamar di dalam Goa ini.
Tapi karena faktor “mental” yang tidak memadai dan waktu yang sudah mepet
karena sudah menjelang magrib pada saat penulis sampai, penulis tidak sempat
masuk dan mngeksplorasi bagian dalam kamar ini.
Lantai Goa Jepang G. Burangrang digenangi air (Foto by : Nald) |
Lantai Goa ini digenangi air,
mungkin ada mata air tanah yang keluar di dalam Goa, tapi penulis kurang tahu
tepatnya posisi sumber air tanah tersebut. Tapi yang pasti bunyi kecipakan air
yang terinjak pada saat memasuki Goa ini sudah cukup membuat bulu kuduk
merinding. Ditambah bau menyengat dari kotoran kelelawar makin membuat aura Goa
ini lebih serem. Percaya atau tidak, penulis sebenarnya lebih mempertimbangkan Goa
ini sebagai wisata misteri dibanding wisata alam, hahaha.
Mitos
Didalam Goa ini ada satu ruangan
yang dilarang untuk dimasuki. Penulis tidak tahu sebelah mana tepatnya, tapi
katanya ruangan itu berbentuk seperti sumur yang dalam dan mendasar ke tanah.
Apakah ada buaya di ruangan ini? Sepertinya tidak, karena buaya hidup di rawa
atau di sungai, bukan di gunung. Apakah ada harimau? Ini juga tidak mungkin
karena harimau tidak pernah tidur di lubang, mereka Biasa tidur di rerumputan
atau di atas pohon. Tapi percaya atau tidak, menurut penduduk setempat,
sebenarnya Goa ini sempat ramai dan diberitakan di beberapa media sehingga
banyak wisatawan yang datang. Malahan dulu banyak pedagang yang berjualan di
sepanjang bibir Goa ini. Tapi ada satu waktu, entah benar atau tidak ada
sekelompok pemuda yang mengadakan semacam pesta disini, kabarnya mereka menyembelih kambing dan membuat sate dari daging tersebut, padahal ada larangan (mitos) dari penduduk setempat untuk tidak menyembelih hewan di sekitaran Goa Jepang ini. Sejurus kemudian pada malam
harinya wilayah tersebut didatangi oleh harimau yang mengacak-acak wilayah
tersebut. tidak ada korban jiwa, tapi pastinya ada korban trauma, terutama orang-orang yang ada di tempat tersebut pada saat kejadian. Jangan berpikiran aneh, sangat mungkin lho jika harimau muncul di
Gunung. Tapi kalo yang diserang hanya orang-orang yang bikin ribut di atas gunung,
mungkin itu yang anehnya. Semenjak kejadian itu kemudian Goa ini sepi lagi
karena tidak ada yang berani kesini lagi.
Ilustrasi : Harimau , source ; pixabay.com |
Selain cerita itu, ada juga kisah
seorang pemburu barang mistis, yang bermalam disini ditangi oleh sosok hitam
besar menyeramkan. Ada pula yang menemukan landak tapi kemudian sakit keras
karena menangkap landak tersebut. Tapi setelah dikembalikan. Orang tersebut
sembuh kembali. Tapi itu kan hanya mitos dan cerita yang didapat dari sumber
yang tidak diketahui asal muasalnya. Jadi jangan terlalu dianggap terlalu
dalam, tapi yang pasti bersikap sopan dan tidak sok dimanapun dan kapanpun
selalu jadi pilihan yang baik.
Saran
Jika anda berminat datang ke Goa
ini, akan lebih baik jika anda datang di pagi hari, plus memakai sepatu gunung,
karena trek jalan disini sangat licin, apalagi saat musim hujan. Akan bagus
pula jika anda mebawa bekal makan yang cukup karena tidak ada pedagang disini.
Jika memungkinkan bawa pula tongkat sebagai penyangga saat anda berjalan atau
untuk menyingkirkan ilalang yang menghalangi jalan pada saat anda kesini.
No comments:
Post a Comment