Breaking

Tuesday, December 20, 2016

Berkelana ke Goa Jepang di Lereng Gunung Burangrang Kabupaten Purwakarta



Bagi anda yang pernah berkunjung ke Purwakarta, tentunya tidak akan asing lagi bagi anda saat mendengar nama Air mancur Sribaduga yang paling besar di Asia tenggara itu, atau Situ Buleud sebagai salah satu landmark di Kabupaten Purwakarta. Jauh ke daerah selatan, ada juga Gunung Burangrang, gunung yang menjadi batas tiga Kabupaten ini, Purwakarta, Subang, dan Bandung merupakan salah satu gunung api besar yang sudah tidak aktif di Jawa Barat. Gunung yang memanjang seperti benteng selatan Kabupaten Purwakarta ini pastinya sudah tidak asing lagi bagi para traveler di Jawa Barat. Gunung ini unik karena penduduk dari tiga Kabupaten tersebut semuanya ‘mengklaim” bahwa Gunung Burangrang sebagai bagian dari Kebupaten mereka. Tidak salah sebenarnya, karena seperti telah disebutkan, Gunung ini memang terletak di tiga kabupaten dan menjadi batas dari tiga kabupaten tersebut.

Sekilas Tentang Goa Jepang Purwakarta

Pembaca yang budiman, Tahukah anda bahwa di Gunung Burangrang ada sebuah Goa yang merupakan saksi masa penjajahan di Indonesia, utamanya di Purwakarta. Goa tersebut terletak Jauh ke pedalaman Gunung Burangrang, ukurannya tidak terlalu besar, tapi sudah cukup untuk dibilang mistis eksotis, karena selain bau kotoran kelelawar yang bikin bulu kuduk merinding, sistem penerangan pun belum ada sama sekali. Sampai saat ini, belum ada nama yang spesifik bagi Goa ini, tapi menurut penduduk setempat karena Goa tersebut dibuat pada masa penjajahan Jepang, Goa tersebut dinamai Goa Jepang. Kalo melihat sejarah kedatangan jepang hingga kekalahannya di perang dunia ke dua, maka bisa diperkirakan bahwa pembuatan Goa ini berkisar antara tahun 1942 sampai dengan 1945. 

Akses Jalan



Akses Jalan menuju Alun-alun Wanayasa sangat bagus dan mulus (foto by : Nald)


Untuk menuju Goa Jepang yang terdapat di gunung Burangrang, dari pusat kota Kabupaten Purwakarta, anda tinggal melalui jalur yang menuju ke Kecamatan Wanayasa,  jalannya bagus dan mulus, fasilitas jalan seperti POM Bensin dan tempat makan masih jarang, bagi anda yang menggunakan kendaraan pribadi sebaiknya anda mengisi full bahan bakar anda dari sejak pusat kota purwakarta, karena hanya dua POM bensin yang akan anda temui jika anda menuju ke arah Wanayasa. itupun jauh, dan POM tersenut terutama yang berada di jalan cihuni, Kecamatan Pasawahan, biasanya sudah tutup dari jam 19.00 WIB. POM selanjutnya akan anda temui setelah masuk ke Kecamatan Wanayasa, sebelum Situ Wanayasa. Jarak dari Pusat Kota Purwakarta sampai dengan Wanayasa (alun-alun Wanayasa) kurang lebih sekitar 16 Km. sebelum anda sampai ke Alun-alun Wanayasa anda akan menemui pertigaan seperti gambar di bawah ini



dari sini anda ambil ke arah kiri, sekitar 30 meter anda akan menumkan Alun-Alun Wanayasa di sebelah kanan jalan. 

Kondisi Jalan di Depan Alun-Alun Wanayasa (foto by : Nald)

Sebenarnya ada dua jalan yang bisa dilalui untuk mencapai Goa ini. Karena letaknya juga tidak terlalu berjauhan dari Curug Cimanah Rasa dan Curug Pamoyanan. Rute pertama bagi anda yang mengendarai mobil, anda bisa masuk melalui Jalan Legok Barong, yang mengarah ke Taman Pinus dan Ujung aspal, darisini anda bisa memarkir mobil anda dan bisa melalui trek selanjutnya dengan berjalan kaki. Jaraknya kurang lebih satu kilometer. Jika anda melalui jalan ini, maka pertama kali anda akan mencapai Curug Pamoyanan dan kemudian Goa jepang untuk selanjutnya.

Rute kedua (Rute ini yang kita bahas, karena lebih menantang, anda bisa masuk dari alun alun wanayasa dan mengikuti jalur Jalan selatan Alun-Alun Wanayasa ke arah timur. Natinya anda akan menemukan kantor Kecamatan Wanayasa. 

Kantor Kecamatan Wanayasa (Gang masuk ada di sebelah kiri kantor ini) (Foto by : Nald)

Di sebelah kiri kantor ini anda menemukan gapura yang mengarah ke arah curug cipurut. Masuk saja, tapi di pertengahan jalan saat anda menemukan pertigaan yang pertama, ambil jalur ke kiri. Terus saja ikuti jalan tersebut. Kendaraan hanya sampai disini, ada penitipan kendaraan, biayanya sebenarnya tidak ditarif, tapi cukup pantas kalau anda memberi RP. 5000 saja. Dari sini anda tinggal berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Jalan ini akan membawa anda ke jalan setapak lainnya yang secara langsung membawa anda ke lokasi Goa jepang. 

Jalan setapak menuju Goa Jepang Gunung Burangrang, Kab. Purwakarta (Foto by : Nald)

Jika anda melalui jalur ini, destinasi yang anda akan temui pertama kali adalah Goa Jepang. Lalu kemudian ada jalan bercabang yang mengarah ke Curug Pamoyanan dan Curug Cimanah Rasa ada penunjuk arahnya, jadi tidak usaha khawatir. 




Kelebihan jalan ini, anda tidak akan dipuingut biaya karena rute ini memang rute yang jarang dilalui. Tambah lagi rute yang akan anda lewati sangat terjal dan menantang, cocok bagi traveler yang menginginkan nuansa beda dalam penjelajahan ke Gunung Burangrang.

Kondisi Goa


Kondisi Goa Jepang G. Burangrang Kabupaten Purwakarta kurang terawat, mugnkin karena jarang orang yang berkunjung (foto by : Nald)

Panorama di sekitaran Goa Jepang, mistis eksotis (foto by : Nald)
Menurut penduduk setempat, Goa ini merupakan Goa milik tentara Jepang. Namun yang mengerjakannya adalah penduduk setempat. Bila kembali pada pelajaran sejarah, mungkin anda akan ingat istilah romusha alias sistem kerja paksa pada zaman kolonialisme Jepang di Indonesia. Goa ini merupakan lorong yang memutar, dimana anda akan kembali menuju titik pertama anda masuk jika anda terus masuk ke dalam Goa ini. Dulunya atap Goa ini ditutup dengan papan-papan yang rapi dan dilengkapi dengan penerangan yang baik, tapi karena dimakan umur, Goa ini bobrok oleh batu di atasnya. 

Didalam Goa ini juga terdapat kamar-kamar, sepertinya kamar tersebut merupakan kamar persembunyian, atau bisa juga kamar penyimpanan. Bukan hanya satu kamar, ada beberapa kamar di dalam Goa ini. Tapi karena faktor “mental” yang tidak memadai dan waktu yang sudah mepet karena sudah menjelang magrib pada saat penulis sampai, penulis tidak sempat masuk dan mngeksplorasi bagian dalam kamar ini.

Lantai Goa Jepang G. Burangrang digenangi air (Foto by : Nald)
 
Lantai Goa ini digenangi air, mungkin ada mata air tanah yang keluar di dalam Goa, tapi penulis kurang tahu tepatnya posisi sumber air tanah tersebut. Tapi yang pasti bunyi kecipakan air yang terinjak pada saat memasuki Goa ini sudah cukup membuat bulu kuduk merinding. Ditambah bau menyengat dari kotoran kelelawar makin membuat aura Goa ini lebih serem. Percaya atau tidak, penulis sebenarnya lebih mempertimbangkan Goa ini sebagai wisata misteri dibanding wisata alam, hahaha.

Mitos

Didalam Goa ini ada satu ruangan yang dilarang untuk dimasuki. Penulis tidak tahu sebelah mana tepatnya, tapi katanya ruangan itu berbentuk seperti sumur yang dalam dan mendasar ke tanah. Apakah ada buaya di ruangan ini? Sepertinya tidak, karena buaya hidup di rawa atau di sungai, bukan di gunung. Apakah ada harimau? Ini juga tidak mungkin karena harimau tidak pernah tidur di lubang, mereka Biasa tidur di rerumputan atau di atas pohon. Tapi percaya atau tidak, menurut penduduk setempat, sebenarnya Goa ini sempat ramai dan diberitakan di beberapa media sehingga banyak wisatawan yang datang. Malahan dulu banyak pedagang yang berjualan di sepanjang bibir Goa ini. Tapi ada satu waktu, entah benar atau tidak ada sekelompok pemuda yang mengadakan semacam pesta disini, kabarnya mereka menyembelih kambing dan membuat sate dari daging tersebut, padahal ada larangan (mitos) dari penduduk setempat untuk tidak menyembelih hewan di sekitaran Goa Jepang ini. Sejurus kemudian pada malam harinya wilayah tersebut didatangi oleh harimau yang mengacak-acak wilayah tersebut. tidak ada korban jiwa, tapi pastinya ada korban trauma, terutama orang-orang yang ada di tempat tersebut pada saat kejadian. Jangan berpikiran aneh, sangat mungkin lho jika harimau muncul di Gunung. Tapi kalo yang diserang hanya orang-orang yang bikin ribut di atas gunung, mungkin itu yang anehnya. Semenjak kejadian itu kemudian Goa ini sepi lagi karena tidak ada yang berani kesini lagi.

Ilustrasi : Harimau , source ; pixabay.com

Selain cerita itu, ada juga kisah seorang pemburu barang mistis, yang bermalam disini ditangi oleh sosok hitam besar menyeramkan. Ada pula yang menemukan landak tapi kemudian sakit keras karena menangkap landak tersebut. Tapi setelah dikembalikan. Orang tersebut sembuh kembali. Tapi itu kan hanya mitos dan cerita yang didapat dari sumber yang tidak diketahui asal muasalnya. Jadi jangan terlalu dianggap terlalu dalam, tapi yang pasti bersikap sopan dan tidak sok dimanapun dan kapanpun selalu jadi pilihan yang baik.

Saran

Jika anda berminat datang ke Goa ini, akan lebih baik jika anda datang di pagi hari, plus memakai sepatu gunung, karena trek jalan disini sangat licin, apalagi saat musim hujan. Akan bagus pula jika anda mebawa bekal makan yang cukup karena tidak ada pedagang disini. Jika memungkinkan bawa pula tongkat sebagai penyangga saat anda berjalan atau untuk menyingkirkan ilalang yang menghalangi jalan pada saat anda kesini.

No comments:

Post a Comment